Salam pramuka!
Hai kakak-kakak semua, hari ini aku akan ceritain pengalaman kemah dua tahun lalu nih. Hehe aku lupa kalau punya blog ~ daripada kosong mending berbagi cerita ya kan? Iya aja deh.
Kejadiannya itu di bulan Desember 2017. Waktu itu aku udah kelas 3 MA (Setingkat SMA) yang sebentar lagi akan lulus. Aku dan rekan-rekan Purna Dewan Ambalan mencoba untuk keluar dari zona nyaman eaaa.. Tepatnya si kabur hehe,, bosen di sekolah mulu.
Mumpung kemahnya itu akhir tahun, alias liburan, pastinya boleh donk keluar karena nggak akan ganggu jam belajar. Nah, kita udah sepakat akan ikut. Gak boleh jadi wacana!
Kita berangkat 12 orang. 9 orang angkatan bantaraku, 2 orang kakak kelas yang udah lulus, dan satu orang adik kelas.
Karena ini bisa dibilang sekalian hiking alias naik gunung. Maka persiapannya harus mateng. Ini pertama kalinya kita semua hiking. Otomatis harus nyari perlengkapan dan persiapan fisik serta mental.
Kita semua beli, pinjem, dan nyewa peralatan yang dibutuhkan. Kalau aku sendiri nih, beli carrier, sendal gunung, dan kompas. Bener-bener niat pokoknya, because I know 'the first must be awesome'.
Aku juga latihan fisik sebulan sebelum berangkat dengan joging tiap hari di setu pondok jagung -dianter bapake- dengan rute 2 km, dua putaran sehari. Awalnya sih cuma ⅓ putaran trus balik lagi karena gak kuat hehe, makin hari makin nambah. Sampe bapake cuma liatin orang mancing sambil duduk.
Tapi itulah perjuangan. Nggak akan menghianati hasil kan?
Aku akan lihat jawabannya pas sampai nanti.
Okeh sekarang menuju hari H keberangkatan. Kita semua ketemuan di st. Tanah Abang untuk menuju st. Bogor.
Perjalanan yang lumayan sih, karena harus gendong carrier yang gede sambil gelantungan.
Sampe di St. Bogor kami kumpul di masjid yang -katanya- nggak jauh dari situ. Untuk sholat dzuhur dan istirahat sambil registrasi ulang.
Lanjut udah beres semua. Kita berjalan menuju bumi perkemahan donk, kita jalan dari masjid sampe melewati lampu merah kebun raya bogor. Karena beberapa kelelahan akhirnya kita memutuskan untuk naik angkot sampe permukiman warga yang paling atas.
Di angkot yang kita naikin tuh mantul bener dah! Karena abangnya ngebut, lewatin jalan berbatu dan tikungan tajam. Sambil dangdutan diskon. Itu seru banget!
Sampe di tempat akhir -belum di buper- kita harus jalan melewati permukiman warga paling atas dengan jalan kaki. Lalu berhenti sebentar di masjid untuk sholat Ashar.
Lanjut lagi kita di bagikan scarf sebagai tanda peserta. Ya, karena aku nggak bisa ngiketnya akhirnya di buatkanlah simpul oleh kakak yang tak ku tahu namanya itu 😁 , dia bukan dari Jakarta soalnya. Kalian gausah mikir aneh-aneh!
Oke selanjutnya kita jalan lagi sampe medan nya udah bukan lagi jalan, tapi bebatuan. Ya ada beberapa truk yang bawa batu untuk dijual mungkin.
Karena beberapa dari kita nggak pakai sepatu khusus, maka jebol deh. Aku sih pake sendal, lumayan nyaman deh.
Beberapa ada beberapa rekan yang bersedia membawakan carrier bagi kakak kakak perempuan yang tidak kuat. Eww biasa sih pastinya modus 😂.
Setelah melewati Kujang Raider yang merupkan titik legendaris untuk mengabadikan foto (tapi kita nggakk) , kami berlajut memotong jalan setapak dengan sedikit menajak sehingga lebih cepat sampai ke buper.
Sampai disana kami langsung membangun tenda dan menyiapkan perapian untuk memasak makanan.
Sampai disana kami langsung membangun tenda dan menyiapkan perapian untuk memasak makanan.
0 Komentar