Cerpen (Cerita Pendek) Tentang Waktu

Halo gaess.. Apa kabar nih?? 

Hari ini aku mau berbagi cerpen sama kalian,,  judulnya adalah waktu.. 

Ada apa sih dengan waktu? 
Pastinya berhubungan dengan perubahan.. 

Udah daripada penasaran langsung saja masuk ke cerita yukk.. 





WAKTU



Udara dingin pagi ini merasuk dalam kalbuku, serasa beku jika aku melepas mantel hangatku ini. Satu tahun tepat senyuman itu hilang, entahlah kita akan bertemu lagi di surga atau tidak.
Aku masih ingat terakhir kalinya saat itu kau hampir menjadi milikku, kau menggenggam tangan ayahku tetapi tak sempat membalas ucapannya.

“ Hey Ran, Sudah lama menunggu ya?”
“ Tidak baru lima menit”
“ Wih sampai dihitung, dasar anak MIPA. Sudah ayo cepat naik”

Aku melangkah masuk ke dalam mobil Reza, dia adalah sahabatku dan Rangga saat masih SMA hingga sekarang. Aku jadi ingat Rey, bagaimana kabarnya sekarang ? dulu sejak SMA kita selalu bersama. 4R, Nama itu hancur saat kami mengenal cinta, selalu berlomba mendapatkan rasa, tanpa perduli teman yang berduka.

“ hmm, kau tidak ada rencana untuk menikah lagi Ran?”

Aku terbelangak mendengar ucapan Reza. Kenapa dia membahas hal itu saat ini, tak ingatkah dia saat ini adalah hari duka bagiku di pernikahan.

“ Si Ali kan sudah mapan dan sebentar lagi disertasinya selesai” lanjutnya.
“kurasa tidak sekarang ini aku hanya ingin fokus dalam belajarku, aku sudah tak ingin menikah dini”

Disepanjang perjalanan aku meratap jendela mobil yang dibasahi rintik hujan, seakan mengingatkanku teori pemikiran - pemikiran ilmiah Rangga tentang mengapa hujan selalu mengingatkan memori masalalu, sekarang aku mempercayai teori itu.

“ sudah sampai Ran, aku beli air mawar dan bunga dulu ya” ucapnya sambil membuka pintu mobil.

Reza meninggalkan handphone nya yang kemudian berdering, tertulis Rey disana. Apakah itu Rey? Haruskah aku menjawabnya ?

“ Rez, sekarang tanggal 2, lu masih ingat janji itu kan? Nanti gua kesana dan lu harus katakan bahwa lu mau nikahin... ....Halo za? Ini lu kan?” perkataannya terputus.

“ halo maaf ini...” sambungan teleponnya langsung dimatikan.
Apakah itu benar Rey sahabatku? Apa maksudnya menikah?  Reza ingin menikah dengan Rey? Aku memang salah, mana mungkin Reza seperti Rangga.

“ Ran sudah yuk turun”
“Rez, Tadi ada yang telepon tulisannya Rey, dia membahas tentang janji dan nikah, kau ingin menikah dengan Rey?”
“ah tidak, lalu kau jawab apa? Apa saja yang dia katakan?” jawabnya terbata-bata dan sedikit gugup.
“ hanya itu saat ku jawab sambungannya terputus. Apa itu privasimu? Maaf jika aku telah lancang menjawabnya”
“tidak kok, sudahlah ayo cepat bertemu dengan Rangga, Pegang ini” dia memberiku setangkai mawar. Entah kenapa mawar?
“ Kenapa mawar?”
“ kau tidak ingin memberikanya pada Rangga?”
“aku rasa do’a ku cukup untuknya”
“ peganglah, itu untukmu saja”

Assalamu’alaikum Mas Rangga, terimakasih kau telah menjadi calon imam terbaikku. Semoga Allah meridhoi engkau di jannah – Nya dan memberi bidadari terbaik di taman syurga untuk menemanimu.

“ Ran.. Sebenarnya aku mengajakmu kesini untuk menyatakan sesuatu”
“ Apa itu berhubungan dengan Rey?”
“ tidak. Ini tentang Rangga.”
“ katakanlah, semoga itu tidak menyakitkanku.”

“ Seminggu sebelum Rangga menikahimu dia berpesan kepadaku untuk menjagamu, tak kala dia telah tidak ada dimanapun didunia ini, aku binggung kenapa dia mengatakan hal itu. Sayangnya aku menazarkan itu, pada hari pernikahanmu itu sebelum Rangga meninggal dia berucap yang sama seperti minggu lalu tetapi lebih spesifik dia memintaku untuk menjagamu didunia dan akhirat, aku jawab InsyaAllah. Setelah itu dia memulai Ijab tetapi tak sempat Qobul, aku takut janji itu tidak bisa terlaksanakan karena saat kau masuk kuliah lagi kau dekat dengan Ali dan mungkin terfikirkan untuk menikah. Maka saat ini aku siap untuk melaksanakan janji itu jika Allah dan kamu mengizinkan” ia berhenti cerita sejenak

“ Bismillahirrohmannirrahim, Ranifah Azzahra binti H. Sulaiman, bersediakah engkau menikah denganku bukan semata-mata karena nazarku tetapi atas jawaban dari sepertiga malamku”

Sekarang aku mulai menyadari kembali bahwa Reza memang seperti Rangga.
“Bismillahirrohmannirrahim, Insya Allah aku siap untuk menjadi pendampingmu dan yakin bahwa aku akan taat kepadamu sebagai seorang istri”

Rangga sekarang telah berubah menjadi Reza. Semoga duniaku menjadi persinggahan yang baik dan akhiratku akan menjadi bidadari suami baruku.

Semoga apa yang di ikhlaskan akan diganti dengan kebahagiaan

Aamiin








Oke dehh selesai ceritanya..  Gimana nih? Jangan lupa kritik dan sarannya ya di komentar.. 


Terima kasih



Posting Komentar

0 Komentar